Salam Cemewew,,
Tapi kalau kayak begitu mah semua
orang juga udah tau, gue yakin gak usah dikasih
contoh kayak tadi pun semuanya udah punya bayangan tentang
persahabatan yang kurang lebih sama dengan apa yang barusan
gue tulis. Nah sebenernya gue memasuki diskusi yang
lebih dalam dari itu :Perlu
gak sih punya sahabat?
Seberapa pentingnya punya sahabat? Tergantung
sih, tidak bisa kita jadikan tuntutan hidup,
tidak bisa juga kita abaikan begitu saja. Mungkin
jawaban yang paling pas adalah "kalau ada orang yang cocok
dijadiin sahabat, ya bersahabatlah". Ya,
menurut gue, penting untuk menemukan orangnya dulu daripada
memutuskan mau punya sahabat apa enggak. Serius, mungkin
dari kita ada yang mikir gak ada orang yang
akan sebegitu ngebetnya mau punya sahabat, soalnya
kebanyakan kan terjadi begitu saja secara otomatis yang
dipersatukan oleh persamaan dan perbedaan. Tetapi
ada aja loh, wong nyari pacar aja ada yang
ngebet-sengebet-ngebetnya kayak kalau gak dapet
pacar bakal diekstradisi dari planet bumi
aja. Apalagi nyari sahabat, ada juga yang kayak
gitu. Nah bahaya nya adalah ketika kita menentukan terlebih
dahulu bahwa mau punya sahabat, baru nyari orangnya,
kita akan cenderung nyocok-nyocokin,
dan bisa saja salah memilih.
Memangnya milih sahabat itu kayak
gimana? Kalau dari yang gue liat sih, berdasarkan prinsip
kepercayaan tadi, seorang sahabat berarti adalah orang yang
tidak akan kita pedulikan citra kita di depannya,
bahwa kita bisa apa adanya di depan mereka. Nah gue
melihat ini dibagi jadi dua :
1. Mereka yang sangat tau tentang
diri kita luar dalam dari awal sehingga kita gak perlu
khawatir lagi tentang rahasia atau sifat asli
kita kepada mereka, toh mereka udah tau. Dan
kalupun mereka gak taupun, ntar juga mereka bakal tau
sendiri. Jadi kita bisa benar-benar terbuka dengan mereka.
2. Mereka yang tidak tau tentang
diri kita sama sekali, baik itu latar belakang, cerita-cerita,
atau sejarah kita, yang tidak memiliki persepsi
awal tentang diri kita sama
sekali, sehingga kita tidak perlu ngawatir akan menghancurkan
persepsi awal itu kalau kita menunjukan diri kita yang
sebenarnya, kita pun
akan bisa benar-benar terbuka dengan mereka.
Kesamaan diantara dua kelompok tadi adalah,
dua-duanya gak ada yang nanggung
dan setengah-setengah. Semuanya bener-bener total. Kalau tau
ya tau banget, kalau gak tau ya gak tau banget. Dan
kelompok kedua ini walau kedengarannya aneh tapi memang
benar-benar ada, terutama di zaman internet kayak gini,
yang dekat bisa jadi jauh dan yang jauh bisa jadi dekat :
seseorang bisa punya sahabat yang
seorang teman di dunia maya.
Jadi kalau nanti-nanti kita menemui kok
sahabat kita punya suatu
masalah tapi gak mau cerita sama kita, jangan paksa
sahabat kita itu untuk cerita dengan bilang
"ceritalah, kita kan sahabatmu"
berulang-ulang walaupun dia
tidak mau menceritakannya. Jangan pernah tanya kenapa sahabatmu
gak mau cerita, tapi tanyakan
kenapa kamu tidak cukup dipercaya oleh sahabatmu itu untuk nyeritain
masalahnya sendiri tanpa diminta.
Jangan-jangan dulu waktu kita membentuk
persahabatan, dengan berteriak-teriak "kami
sahabat!" dan pake kaos oblong "we are
bestfriend" ternyata "sahabat"
kita itu masih setengah-setengah. Mungkin "sahabat"
kita ini adalah orang yang
memutuskan terlebih dahulu pengen
punya sahabat alih-alih menemukan orang yang tepat
dulu. Mungkin kita bukan orang yang tepat. Maka yang
seperti itu bukan persahabatan sebenarnya, hanya sebuah
claim tanpa kepercayaan.
Persahabatan
adalah ketika kita bisa dengan tenang melepas topeng
kita, berapa lapispun itu. Kalau
kita belum menemukan orang yang tidak akan kabur
ketakutan untuk melihat wajah dibalik
topeng itu, tidak usah ngebet
dulu ingin memiliki sahabat, ya, yang mau ke toko
sablon buat nyetak kaos "we are
bestfriend" itu stop dulu!
Gak punya sahabat juga bukan sesuatu
yang buruk-buruk
amat, bisa aja kita sudah punya sosok
sahabat di keluarga sendiri, atau yang lainnya. Dan
walaupun kadang sahabat bisa lebih dari keluarga (seperti
Danny yang tidak menceritakan rahasia kekuatan hantunya
kepada orangtuanya tapi menceritakannya
kepada sahabatnya), kita juga masih tetap bisa memilih, mana
yang mau kita ceritakan dan mana yang tidak mau
kita ceritakan ke sahabat kita. Untuk alasan
tertentu, gak semua rahasia harus dishare
dengan sahabat.
Lalu yang mana yang benar? "Jangan
pilih-pilih teman" atau "kalau kamu berteman sama tukang
ikan, bakal ketularan amisnya, kalau
berteman dengan tukang parfum, bakal ketularan wanginya"
? Menurut gue, sementara kita sepakati saja "Jangan
pilih-pilih teman, bertemanlah dengan siapa saja,
tapi untuk sahabat wajib pilih-pilih"
dan "Silahkan berteman dengan tukang ikan atau tukang parfum tapi bau
ketek kita harus tetap paling dominan daripada bau ikan atau bau parfum".
ENJOY YOUR DAY!
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar