Jumat, 24 November 2017

Ketika Sahabat Tidak Lagi Bersahabat

Salam Cemewew,,

Tapi kalau kayak begitu mah semua orang juga udah tau, gue yakin gak usah dikasih contoh kayak tadi pun semuanya udah punya bayangan tentang persahabatan yang kurang lebih sama dengan apa yang barusan gue tulis. Nah sebenernya gue memasuki diskusi yang lebih dalam dari itu :Perlu gak sih punya sahabat?

Seberapa pentingnya punya sahabat? Tergantung sih, tidak bisa kita jadikan tuntutan hidup, tidak bisa juga kita abaikan begitu saja. Mungkin jawaban yang paling pas adalah "kalau ada orang yang cocok dijadiin sahabat, ya bersahabatlah". Ya, menurut gue, penting untuk menemukan orangnya dulu daripada memutuskan mau punya sahabat apa enggak. Serius, mungkin dari kita ada yang mikir gak ada orang yang akan sebegitu ngebetnya mau punya sahabat, soalnya kebanyakan kan terjadi begitu saja secara otomatis yang dipersatukan oleh persamaan dan perbedaan. Tetapi ada aja loh, wong nyari pacar aja ada yang ngebet-sengebet-ngebetnya kayak kalau gak dapet pacar bakal diekstradisi dari planet bumi aja. Apalagi nyari sahabat, ada juga yang kayak gitu. Nah bahaya nya adalah ketika kita menentukan terlebih dahulu bahwa mau punya sahabat, baru nyari orangnya, kita akan cenderung nyocok-nyocokin, dan bisa saja salah memilih.

Memangnya milih sahabat itu kayak gimana? Kalau dari yang gue liat sih, berdasarkan prinsip kepercayaan tadi, seorang sahabat berarti adalah orang yang tidak akan kita pedulikan citra kita di depannya, bahwa kita bisa apa adanya di depan mereka. Nah gue melihat ini dibagi jadi dua :

1. Mereka yang sangat tau tentang diri kita luar dalam dari awal sehingga kita gak perlu khawatir lagi tentang rahasia atau sifat asli kita kepada mereka, toh mereka udah tau. Dan kalupun mereka gak taupun, ntar juga mereka bakal tau sendiri. Jadi kita bisa benar-benar terbuka dengan mereka.

2. Mereka yang tidak tau tentang diri kita sama sekali, baik itu latar belakang, cerita-cerita, atau sejarah kita, yang tidak memiliki persepsi awal tentang diri kita sama sekali, sehingga kita tidak perlu ngawatir akan menghancurkan persepsi awal itu kalau kita menunjukan diri kita yang sebenarnya, kita pun akan bisa benar-benar terbuka dengan mereka.

Kesamaan diantara dua kelompok tadi adalah, dua-duanya gak ada yang nanggung dan setengah-setengah. Semuanya bener-bener total. Kalau tau ya tau banget, kalau gak tau ya gak tau banget. Dan kelompok kedua ini walau kedengarannya aneh tapi memang benar-benar ada, terutama di zaman internet kayak gini, yang dekat bisa jadi jauh dan yang jauh bisa jadi dekat : seseorang bisa punya sahabat yang seorang teman di dunia maya.

Jadi kalau nanti-nanti kita menemui kok sahabat kita punya suatu masalah tapi gak mau cerita sama kita, jangan paksa sahabat kita itu untuk cerita dengan bilang "ceritalah, kita kan sahabatmu" berulang-ulang walaupun dia tidak mau menceritakannya. Jangan pernah tanya kenapa sahabatmu gak mau cerita, tapi tanyakan kenapa kamu tidak cukup dipercaya oleh sahabatmu itu untuk nyeritain masalahnya sendiri tanpa diminta.

Jangan-jangan dulu waktu kita membentuk persahabatan, dengan berteriak-teriak "kami sahabat!" dan pake kaos oblong "we are bestfriend" ternyata "sahabat" kita itu masih setengah-setengah. Mungkin "sahabat" kita ini adalah orang yang memutuskan terlebih dahulu pengen punya sahabat alih-alih menemukan orang yang tepat dulu. Mungkin kita bukan orang yang tepat. Maka yang seperti itu bukan persahabatan sebenarnya, hanya sebuah claim tanpa kepercayaan.

Persahabatan adalah ketika kita bisa dengan tenang melepas topeng kita, berapa lapispun itu. Kalau kita belum menemukan orang yang tidak akan kabur ketakutan untuk melihat wajah dibalik topeng itu, tidak usah ngebet dulu ingin memiliki sahabat, ya, yang mau ke toko sablon buat nyetak kaos "we are bestfriend" itu stop dulu!

Gak punya sahabat juga bukan sesuatu yang buruk-buruk amat, bisa aja kita sudah punya sosok sahabat di keluarga sendiri, atau yang lainnya. Dan walaupun kadang sahabat bisa lebih dari keluarga (seperti Danny yang tidak menceritakan rahasia kekuatan hantunya kepada orangtuanya tapi menceritakannya kepada sahabatnya), kita juga masih tetap bisa memilih, mana yang mau kita ceritakan dan mana yang tidak mau kita ceritakan ke sahabat kita. Untuk alasan tertentu, gak semua rahasia harus dishare dengan sahabat.

Lalu yang mana yang benar? "Jangan pilih-pilih teman" atau "kalau kamu berteman sama tukang ikan, bakal ketularan amisnya, kalau berteman dengan tukang parfum, bakal ketularan wanginya" ? Menurut gue, sementara kita sepakati saja "Jangan pilih-pilih teman, bertemanlah dengan siapa saja, tapi untuk sahabat wajib pilih-pilih" dan "Silahkan berteman dengan tukang ikan atau tukang parfum tapi bau ketek kita harus tetap paling dominan daripada bau ikan atau bau parfum".

ENJOY YOUR DAY!

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi Sahabat Jadi Cinta

Salam Cemewew,,, Sahabat jadi cinta? ehem,,, sepertinya sangat menarik bagi kita dan pasti dari sobat semuanya pernah merasakan ka...